Senin, 15 Mei 2023

BAHASA INDONESIA SEBAGAI JATIDIRI BUDAYA BANGSA

Menurut Kluckhohn, sedikitnya ada tujuh macam unsur-unsur kebudayaan universal, yaitu : bahasa, religi, kesenian, sistem ilmu pengetahuan, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, dan sistem organisasi sosial. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa bahasa tidak dapat dipisahkan dari budaya suatu bangsa. Para ahli kebudayaan umumnya memandang setidak-tidaknya ada 3 hal yang memastikan bahasa tidak dapat dipisahkan dengan budaya, yaitu (1) bahasa adalah bagian dari budaya, (2) bahasa adalah indeks budaya, dan (3) bahasa menjadi simbol budaya. Oleh karena itu, para antropolog budaya menilai terjadinya pergeseran makna budaya dapat menimbulkan pergeseran fokus, dari konsepsi-konsepsi yang mementingkan peran bahasa sebagai sistem formal abstraksi kategori-kategori budaya ke strategi-strategi linguistik yang dipakai membangun status, identitas, dan hubungan-hubungan sosial.

Kenyataan, setiap bangsa memiliki jatidiri budayanya yang khas yang antara lain tampil dalam bahasa yang digunakannya. Jatidiri budaya sebuah bangsa terbentuk melalui berbagai proses kejadian yang menempa bangsa tersebut dalam waktu yang relatif panjang. Jatidiri budaya tidak bisa terbentuk dalam waktu singkat dan tiba-tiba, selalu ada proses panjang yang mengiringinya, sehingga sebuah budaya dapat begitu mengakar di setiap jiwa masyarakat sebuah bangsa. Sebuah jatidiri budaya mencerminkan nilai-nilai otentik yang diyakini oleh sebuah bangsa. Jatidiri inilah yang membedakan bangsa tertentu dengan bangsa-bangsa yang lainnya. Jatidiri budaya suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan (eksistensi) bangsa tersebut. Oleh sebab itu, mempertahankan jatidiri budaya sebuah bangsa sama dengan mempertahankan eksistensinya. Secara tepat Rasulullah SAW melukiskan muslim yang terperangkap ke dalam budaya asing sebagai telah " masuk lubang biawak ".

Bahasa sebagai jatidiri budaya mustahil dapat dipisahkan dari budaya. Oleh karena itu, seseorang dan sebuah masyarakat atau suatu bangsa sejatinya menunjukkan hakikat budayanya. Begitu juga sebaliknya, budaya suatu bangsa akan merefleksi dalam perilaku lahiriah manusia dan masyarakatnya. Maka bahasa yang digunakan oleh sebuah masyarakat dalam suatu bangsa menjadi cermin budayanya. Bahkan entitas dan kualitasnya ditentukan oleh kemampuannya dalam melestarikan jatidiri dan mengembangkan budayanya dalam menuju pengembangan watak atau kepribadian bangsa.

Mengacu kepada maraknya penggunaan bahasa asing secara liar yang nyaris memusnahkan bahasa Indonesia yang telah menjadi jatidiri budaya kita, maka dapat dikatakan jatidiri budaya bangsa Indonesia kini berada dalam situasi krisis. Para budayawan umumnya menyimpulkan bahwa krisis budaya yang kita hadapi merupakan akibat dari dua kekuatan, yakni integratif dan alienasi. Setidak-tidaknya dalam hal kebahasaan, kita tidak mampu menahan arus budaya global yang daya cengkeram dan daya depaknya begitu kuat. Di satu sisi bahasa Indonesia diintegrasikan dengan bahasa global dan di sisi lain terjadi alienisasi besar-besar terhadap nilai-nilai dan identitas kita dari pentas publik.
Kontak Kami
 
Internet Linguistik merupakan kajian bahasa Indonesia secara online oleh Marikun SMAN 2 Gadingrejo, Pringsewu, Lampung
Your Name*
Subject*
Message*
Email Address*
Image Verification
captcha
Please enter the text from the image:
[Refresh Image][What's This?]
Powered byMarikun (EMF) Email Forms
 
Klik di sini Internet Linguistik
Juga ada pada Logo-Logo berikut ini :
.

Copyright 2009 Internet Linguistik. Blogger Templates created by Deluxe Templates. Wordpress by Justin Shattuck.